Jumat, April 18, 2008

Solusi Tepat internet rumahan

Salah satu unsur yang dibutuhkan untuk bisa bersaing dengan komunitas global adalah ketersediaan informasi. Tidak dapat disangkal bahwa salah satu sumber informasi terbesar saat ini adalah internet. Ketidak tersediaan koneksi internet untuk masyarakat luas papada suatu negara sama saja dengan menyatakan bahwa kita sudah kalah bersaing bahkan sebelum persaingannya dimulai.

Salah satu alasan kenapa internet tidak berkembang dengan pesat di Indonesia adalah karena mahalnya harga koneksi. Sejauh ini ada dua jenis perhitungan biaya koneksi internet yang banyak digunakan : time based dan volume based, yang masing-masing memiliki keunggulan dan kekurangannya.

Yang manapun yang dipilih, satu hal yang harus diperhatikan adalah kecepatannya. Karena percuma saja sang penyedia layanan menggembar-gemborkan bahwa pengguna bisa mendownload sepuas hati selama misalnya 50 jam jika kecepatannya rendah.

Perhitungan Berdasarkan kecepatan

Sebetulnya ada satu lagi jenis perhitungan biaya koneksi internet yang jarang digunakan yaitu speed based. Dengan cara ini besarnya biaya berlanggana internet dihitung berdasarkan kecepatan koneksi yang dipilih pelanggan. Tidak ada batasan lainnya.

Cara ini dipergunakan oleh First Media dengan layanannya FastNet. Pada paketnya yang paling murah pelanggan hanya perlu membayar Rp. 99.000,00 per bulannya (tidak termasuk kabel Modem) untuk mendapatkan kecepatan koneksi sampai dengan 384 kbps. Pelanggan boleh terkoneksi internet tanpa adanya batasan waktu ataupun besar lalu lintas data.

Tentu saja metode ini adalah solusi paling tepat untuk pelanggan internet rumahan yaitu masyarakat kebanyakan untuk bisa mendapatkan koneksi internet yang cepat dan terjangkau dengan harga yang sangat masuk akal. Dengan memperhitungkan harga kabel modemnya itu sendiri dan kecepatan yang didapatkan, seperti kombinasi harga dan layanan yang paling ekonomis untuk pelanggan perseorangan adalah paket FastNet 768 dimana dengan biaya langganan perbulan sebesar Rp. 295.000,00 (termasuk kabel modem), pelanggan mendapatkan koneksi internet tidak terbatas dengan kecepatan sampai 768 kbps. Bandingkan dengan layanan dial-up yang kecepatannya hanya sekitar 56 kbps maksimum dan biaya sekitar Rp. 6.000 – Rp. 9.000 per jamnya.










































Masalahnya karena layanan ini berbasiskan koneksi kabel (seperti pada layanan berlangganan televisi kabel, yang kebetulan juga disediakan oleh First Media dalam paket mereka yang lain yang bisa dipilih pelanggan), maka cakupan layanan ini juga terbatas pada daerah-daerah yang sudah dijangkau oleh istalasi kabelnya, yang sampai saat ini hanya terbatas pada wilayah Jakarta, Surabaya, dan Denpasar.
Perhitungan biaya investasi yang harus dikeluarkan untuk memperluas jangkauan berbanding dengan prediksi jumlah pelanggan yang akan didapatkan harus dilakukan dengan cermat dan teliti karena sifat layanan kabel sedikit berbeda dengan layanan internet lewat satelit atau juga lewat kabel telepon yang infrastrukturnya sudah sangat mendukung.



Pihak First Media sendiri memiliki target untuk menjaring sekitar satu juta pelanggan pada tahun 2009. Kita berharap saja bahwa cakupan wilayah internet dari layanan seperti ini bisa dengan segera menjangkau seluruh lapisan masyarakat Indonesia sehingga iklan layanan masyarakat ’… kan ada Internet …’ bisa benar-benar terwujud dan bukan sekedar mimpi dari masyarakat kebanyakan.


i

Tidak ada komentar: